Klik Pada gambar untuk dapatkan makalah dalam format Ms. Word
Terinspirasi oleh sebuah sabda
Rasulullah “Bahwa setiap kalian adalah pemimpin.” Kini Statment ini telah diamini oleh setiap guru leadership dunia. menurut Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan
dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya.
Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa
perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya
integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi
serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
Kepemimpinan
adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perubahan karakter
atau transformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan
atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri
seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi
kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh,
ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada
lingkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam
organisasinya, pada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi
pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan
sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan
lahir dari proses internal.
Justru seringkali seorang pemimpin
sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang dipimpinnya. Bahkan
ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan mengatakan
bahwa merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang
pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dan maximizer.
Konsep pemikiran seperti ini adalah
sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin
konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor and
praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan dikultuskan,
semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang pemimpin. Justru kepemimpinan
sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati.
Bersumber dari beberapa buku terkait
manajemen terkemuka, manajemen
dapat diartikan bagaimana cara mengatur, membimbing dan memimpin semua orang
yang menjadi bawahannya agar usaha yang sedang dikerjakan dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pada makalah singkat ini akan
dibahas sekilas tentang teori manajemen kepemimpinan dalam suatu organisasi
agar suatu organisasi dapat mencapai tujuan dari berdirinya organisasi tersebut
dengan efektif dan efisien
B. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memaparkan tentang konsep manajemen kepemimpinan dalam suatu
organisasi.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini
adalah bagaimana konsep tentang manajemen kepemimpinan dalam organisasi?
Pengertian
Kepemimpinan
Apakah arti kepemimpinan? Menurut
sejarah, masa “kepemimpinan” muncul pada abad 18. Ada beberapa pengertian
kepemimpinan, antara lain: Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi,
dalam situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai
satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7). Kepemimpinan
adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk
mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46). Kepemimpinan adalah
kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau orang mengikuti
dan menaati segala keinginannya. Kepemimpinan adalah suatu proses yang
memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan
kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281).
Banyak definisi kepemimpinan yang
menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan dihubungkan dengan proses mempengaruhi
orang baik individu maupun masyarakat. Dalam kasus ini, dengan sengaja
mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan
dalam kelompok atau organisasi. John C. Maxwell mengatakan bahwa inti
kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan pengikut.
Menurut James A.F Stonen, tugas
utama seorang pemimpin adalah:
- Seorang pemimpin bertanggung
jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf,
teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang diluar
organisasi.
- Seorang pemimpin bertanggungjawab
untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk
mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan
stafnya tanpa kegagalan
- Proses kepemimpinan dibatasi
sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan
prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat
mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat
mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.
- Seorang pemimpin harus menjadi seorang
pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi
masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan
menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.
- Konflik selalu terjadi pada
setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi
seorang mediator (penengah)
- Seorang pemimpin harus mampu
mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang
pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.
- Seorang pemimpin harus dapat
memecahkan masalah.
Menurut Henry Mintzberg, Peran
Pemimpin adalah :
- Peran hubungan antar
perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh,
pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi.
- Fungsi Peran informal sebagai
monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
- Peran Pembuat keputusan,
berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan
negosiator.
Prinsip, sebagai paradigma terdiri
dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai
pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi. Menurut Stephen R.
Covey (1997), prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan
konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai
sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat
atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi
seperti; keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan.
Hati Yang Melayani (Karakter
Kepemimpinan) Kepemimpinan yang melayani dimulai dari dalam diri kita.
Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan
karakter. Kepemimpinan sejati dimulai dari dalam dan kemudian bergerak ke luar
untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan
integritas seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin sejati dan diterima oleh
rakyat yang dipimpinnya. Kembali betapa banyak kita saksikan para pemimpin yang
mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki integritas
sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan ketika kampanye dalam
Pemilu tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah duduk nyaman di kursinya.
Paling tidak menurut Ken Blanchard
dan kawan-kawan, ada sejumlah ciri-ciri dan nilai yang muncul dari seorang pemimpin
yang memiliki hati yang melayani, yaitu: Tujuan paling utama seorang pemimpin
adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan
untuk kepentingan diri pribadi maupun golongannya tetapi justru kepentingan
publik yang dipimpinnya. Entah hal ini sebuah impian yang muluk atau memang
kita tidak memiliki pemimpin seperti ini, yang jelas pemimpin yang mengutamakan
kepentingan publik amat jarang kita temui di republik ini. Seorang pemimpin
sejati justru memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan mereka yang
dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelompoknya.
Hal ini sejalan dengan buku yang
ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the Leaders Around You.
Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk
membangun orang-orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi
sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut.
Jika sebuah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas
pemimpin, organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi kuat.
Pemimpin yang melayani memiliki
kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam
bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian dan harapan dari mereka
yang dipimpinnya.
Ciri keempat seorang pemimpin yang
memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas (accountable). Istilah
akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya
seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada
publik atau kepada setiap anggota organisasinya.
Pemimpin yang melayani adalah
pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian dan harapan
dari mereka yang dipimpinnya.
Manajemen
Istilah
manajemen berasal dari kata management (Bahasa Inggris), berasal dari kata “to
manage” yang artinya mengurus atau tata laksana. Sehingga manajemen dapat
diartikan bagaimana cara mengatur, membimbing dan memimpin semua orang yang
menjadi bawahannya agar usaha yang sedang dikerjakan dapat mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Banyak ahli yang memberikan definisi tentang
manajemen, diantaranya:
1.
Harold
Koontz & O’ Donnel dalam bukunya yang berjudul “Principles of Management”
mengemukakan, “Manajemen adalah berhubungan dengan pencapaian sesuatu
tujuan yang dilakukan melalui dan dengan orang-orang lain” (Dayat, n.d,p.6).
2.
George R.
Terry dalam buku dengan judul “Principles of Management” memberikan definisi: “Manajemen adalah suatu proses yang membedakan atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan pelaksanaan dan
pengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya” (Dayat, n.d,p.6).
3.
Ensiclopedia
of The Social Sciences
Manajemen
diartikan sebagai proses pelaksanaan suatu tujuan tertentu yang diselenggarakan
dan diarvasi.
4.
Mary Parker
Follet
Manajemen
adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
5.
Thomas H.
Nelson
Manajemen
perusahaan adalah ilmu dan seni memadukan ide-ide, fasilitas, proses, bahan dan
orang-orang untuk menghasilkan barang atau jasa yang
bermanfaat dan menjualnya dengan menguntungkan.
6.
G.R. Terri,
Manajemen
diartikan sebagai proses yang khas yang terdiri atas perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan
dan usaha mencapai sasaran-sasaran dengan memanfaatkan sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya.
7.
James A. F.
Stoner
Manajemen
diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengawasan upaya (usaha-usaha) anggota organisasi dan menggunakan semua sumber
daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
8.
Oei Liang
Lie
Manajemen
adalah ilmu dan seni perencanaan pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian
dan pengawasan sumber daya manusia dan alam, terutama sumber daya manusia
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Kepemimpinan
Pemimpin adalah inti dari manajemen.
Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya jika ada pemimpin.
Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin
adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan
mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan
alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat
rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan
untuk mencapai tujuan bersama-sama.
Kepemimpinan adalah kegiatan
mempengaruhi perilaku orang-orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai
tujuan tertentu. Definisi itu mengandung dua pengertian pokok yang sangat
penting tentang kepemimpinan, yaitu Mempengaruhi perilaku orang lain.
Kepe-mimpinan dalam organisasi diarahkan untuk mempengaruhi orang-orang yang
dipimpinnya, agar mau berbuat seperti yang diharapkan ataupun diarahkan oleh
orang yang memimpinnya.
Motivasi orang untuk berperilaku ada
dua macam, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Dalam hal motivasi
ekstrinsik perlu ada faktor di luar diri orang tersebut yang mendorongnya untuk
berperi-laku tertentu. Dalam hal semacam itu kepemimpinan adalah faktor luar.
Sedang motivasi intrinsik daya dorong untuk berperilaku tertentu itu berasal
dari dalam diri orang itu sendiri. Jadi semacam ada kesadaran kemauan sendiri
untuk berbuat sesuatu, misalnya memperbaiki mutu kerjanya.
Dalam proses tersebut pimpinan
membimbing, memberi pengarahan, mempengaruhi perasaan dan perilaku orang lain,
memfasilitasi serta menggerakkan orang lain untuk bekerja menuju sasaran yang
diingini bersama. Semua yang dilakukan pimpinan harus bisa dipersepsikan oleh
orang lain dalam organisasinya sebagai bantuan kepada orang-orang itu untuk
dapat meningkatkan mutu kinerjanya. Dalam hal ini usaha mempengaruhi perasaan
mempunyai peran yang sangat penting. Perasaan dan emosi orang perlu disentuh
dengan tujuan untuk menumbuhkan nilai-nilai baru, misalnya bekerja itu harus
bermutu, atau memberi pelayanan yang sebaik mungkin kepada pelanggan itu adalah
suatu keharusan yang mulia, dan lain sebagainya. Dengan nilai-nilai baru yang
dimiliki itu orang akan tumbuh kesadarannya untuk berbuat yang lebih bermutu.
Dalam ilmu pendidikan ini masuk dalam kawasan affective.
B. Pandangan Kepemimpinan
- Seorang yang belajar seumur
hidup
Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah.
Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar.
Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
- Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin
dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi
pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
- Membawa energi yang positif
Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif
didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk
itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin
harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak
ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi
yang positif, seperti ;
- Percaya pada orang lain
Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga
mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena
itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.
- Keseimbangan dalam kehidupan
Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi
kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga,
istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan
dunia dan akherat.
- Melihat kehidupan sebagai
tantangan
Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan
berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab
kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang
datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif,
ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.
- Sinergi
Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis
perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi
adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New
Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok,
yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan.
Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf,
teman sekerja.
- Latihan mengembangkan diri
sendiri
Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk
mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada
proses. Proses daalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang
berhubungan dengan:
- Pemahaman materi;
- Memperluas materi melalui belajar
dan pengalaman
- Mengajar materi kepada orang
lain;
- Mengaplikasikan
prinsip-prinsip;
- Memonitoring hasil;
- Merefleksikan kepada
hasil;
- Menambahkan pengetahuan baru
yang diperlukan materi;
- Pemahaman baru; dan
- Kembali menjadi diri sendiri
lagi.
Mencapai kepemimpinan yang
berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan
buruk, misalnya:
- Kemauan dan keinginan sepihak;
- Kebanggaan dan penolakan;
dan
- Ambisi pribadi.
Untuk mengatasi hal tersebut,
memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman
sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan.
Hukum alam tidak dapat dihindari
dalam proses pengembangan pribadi. Perkembangan intelektual seseorang
seringkali lebih cepat dibanding perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat
disarankan untuk mencapai keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan menjadi
faktor pengendali dalam kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai dari
belajar mendengar. Mendengarkan berarti sabar, membuka diri, dan berkeinginan
memahami orang lain. Latihan ini tidak dapat dipaksakan. Langkah melatih
pendengaran adalah bertanya, memberi alasan, memberi penghargaan, mengancam dan
mendorong. Dalam proses melatih tersebut, seseorang memerlukan pengontrolan
diri, diikuti dengan memenuhi keinginan orang.
Mengembangkan kekuatan pribadi akan
lebih menguntungkan dari pada bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan
kewenangan bertujuan untuk melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk
menciptakan ketakutan. Peningkatan diri dalam pengetahuan, ketrampilan dan
sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan seorang pemimpin yang berpinsip
karena seorang pemimpin seharusnya tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi
juga emosional (IQ, EQ dan SQ).
Hal Mendasar Yang Perlu Untuk
Kepemimpinan
Manajemen
dilaksanakan dalam suatu organisasi atau institusi tertentu yang pada tahap
awal implementasinya organisasi itu digerakkan oleh kepemimpinan yang sangat
peduli pada mutu dan bertekad kuat untuk membuat organisasinya itu selalu dan
terus menerus meningkatkan mutu kinerjanya, apakah itu dalam bentuk produk atau
jasa. Kepemimpinan untuk manajemen itu memerlukan modal dasar dalam bentuk
penguasaan tujuh mendasar yang menyangkut kehidupan organisasinya.
a. Organisasi :
Mengapa organisasi yang dipimpinnya
ini ada dan untuk apa ? Jawaban ter-hadap pertanyaan yang sangat mendasar ini
perlu dikuasai secara baik oleh semua orang yang memegang tampuk kepemimpinan
dari suatu organisasi. Tanpa menguasai jawabannya secara baik diragukan apakah
mereka akan mampu mengarahkan orang-orang lain dalam organisasi itu ke tujuan
yang seharusnya.
b. V i s i :
Akan menjadi organisasi yang
bagaimanakah organisasi itu di masa depan ? Orang-orang yang memegang
kepemimpinan perlu memiliki pandangan jauh ke depan tentang organi-sasinya;
mereka ingin mengembangkan organisasinya itu menjadi organisasi yang bagaimana,
yang mampu berfungsi apa dan bagaimana, yang mampu memproduksi benda dan jasa
apa dan yang bagaimana, serta untuk dapat disajikan kepada siapa ? Visi ini
seharusnya berjangka panjang, misalnya 10 tahun atau 25 tahun ke dapan, agar
dapat memfasilitasi usaha-usaha perbaikan mutu kinerja yang berkelanjutan.
c. M i s i :
Mengapa kita ada dalam organisasi
ini ? Apa tugas yang harus kita lakukan ? Jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan visi tersebut di atas. Bagaimana
visi itu akan dapat diwujudkan ? Tugas-tugas pokok apakah yang harus dilakukan
oleh organisasi agar visi atau kondisi masa depan organisasi tadi dapat
diwujudkan. Rumusan tentang misi organisasi ini juga seharusnya dapat dikuasai
dengan baik dan jelas oleh orang-orang yang memegang kepemimpinan agar mereka
dapat memberi arahan yang benar dan jelas kepada orang-orang lain.
d. Nilai-nilai
Prinsip-prinsip apa yang diyakini
sebagai kebenaran yang berfungsi sebagai pedoman dalam menjalankan tugas
organisasi, dan ingin agar orang lain dalam organisasi juga mengadopsi
prinsip-prinsip tersebut. Misalnya mutu, fokus pada pelanggan, disiplin,
kepelayanan adalah nilai-nilai yang seharusnya dianut oleh orang-orang yang
memegang kepemimpinan manajemen.
e. Kebijakan
Ialah rumusan-rumusan yang akan
disampaikan kepada orang-orang dalam organisasi sebagai arahan agar mereka mengetahui
apa yang harus dilakukan dalam menyediakan pelayanan dan barang kepada para
pelanggan. Orang-orang yang memegang kepemim-pinan harus mampu merumuskan
kebijakan-kebijakan semacam itu agar orang-orang dapat menyajikan mutu seperti
yang diinginkan oleh organisasi.
f. Tujuan-tujuan Organisasi
Ialah hal-hal yang perlu dicapai
oleh organisasi dalam jangka panjang dan jangka pendek agar memungkinkan
orang-orang dalam organisasi memenuhi misinya dan mewujudkan visi mereka.
Tujuan-tujuan organisasi itu perlu dirumuskan secara kongkrit dan jelas.
g. Metodologi :
Adalah rumusan tentang cara-cara
yang dipilih secara garis besar dalam bertindak menuju pewujudan visi dan
pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Metodologi ini terbatas pada garis-garis
besar yang perlu dilakukan dan bukan detil-detil teknik kerja.
Ketujuh hal yang sangat mendasar itu
perlu dikuasai dan dalam implementasi manajemen hal itu akan dituangkan dalam
merumuskan rencana strategis untuk mutu. Tanpa kemampuan merumuskan ketujuh hal
itu secara spesifik dan mengkomunikasikannya kepada orang-orang dalam
organisasi, sulit bagi orang-orang itu untuk mewujudkan mutu seperti yang
diinginkan.
D. Manajemen Kepemimpinan
Kepemimpinan lebih
diarahkan kepada kelompok-kelompok kerja yang memiliki tugas atau fungsi
masing-masing, tidak memfokus kepada individu. Hal ini akan berakibat tumbuh
berkembangnya kerjasama dalam kelompok-kelompok. Motivasi individu akan menjadi
tugas semua orang dalam kelompok, jadi kelompok kerja menjadi sumber motivasi
bagi setiap ang-gota dalam kelompok. Karena pimpinan selalu menilai kinerja
kelompok, bukan individu, maka ma-sing-masing kelompok akan berusaha memacu
kerjasama yang sebaik-baiknya, kalau perlu dengan menarik-narik teman
sekelompoknya yang kurang benar kerjanya.
Kepemimpinan
Manajemen tidak selalu membuat keputusan sendiri dalam segala hal, tetapi hanya
melakukannya dalam hal-hal yang akan lebih baik kalau dia yang memutuskannya.
Sisanya diserahkan wewenangnya kepada ke-lompok-kelompok yang ada di bawah
pengawasannya. Hal ini dilakukan terutama untuk hal-hal yang menyangkut cara
melaksanakan pekerjaan secara teknis. Orang-orang yang ada dalam
kelompok-kelompok kerja yang sudah mendapatkan pelatihan dan sehari-hari
melakukan pekerjaan itulah yang lebih tahu bagaimana melakukan pekerjaan dan
karenanya menjadi lebih kompeten untuk membuat keputusan dari pada sang
pimpinan.
Setiap upaya meningkatkan mutu
kinerja, apakah itu dalam mengha-silkan barang atau menghasilkan jasa, pada
dasarnya selalu diperlukan adanya perubahan cara kerja. Jadi kalu diinginkan
adanya mutu yang lebih baik jangan takut menghadapi perubahan, se-bab tanpa
perubahan tidak akan terjadi peningkatan mutu kinerja. Perubahan bisa diciptakan
oleh pemimpin, tetapi tidak perlu harus selalu berasal dari pimpinan, sebab
kemampuan pemim-pinpun terbatas. Oleh karena itu pemimpin justru perlu
merangsang timbulnya kreativitas di ka-langan orang-orang yang dipimpinnya guna
menciptakan hal-hal baru yang sekiranya akan menghasilkan kinerja yang lebih
bermutu. Seorang pemimpin tidak selayaknya memaksakan ide-ide lama yang sudah
terbukti tidak dapat menghasilkan mutu kinerja seperti yang diharap-kan. Setiap
ide baru yang dimaksudkan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih bermutu dari
manapun asalnya patut disambut baik. Orang-orang dalam organisasi harus dibuat
tidak takut untuk berkreasi, dan orang yang terbukti menghasilkan ide yang
bagus harus diberi pengakuan dan penghargaan.
Seorang
pimpinan Manajemen selalu mendambakan pembaharuan, sebab dia tahu bahwa
hanya dengan pembaharuan akan dapat dihasilkan mutu yang lebih baik. Oleh
karena itu dia harus selalu mendorong semua orang dalam organisasinya untuk
berani melakukan inovasi-inovasi, baik itu menyangkut cara kerja maupun barang
dan jasa yang dihasilkan. Tentu semua itu dilakukan melalui proses uji coba dan
evaluasi secara ketat sebelum diadopsi secara luas dalam organisasi. Sebaliknya
seo-rang pimpinan tidak sepatutnya mempertahankan kebiasaan-kebiasaan kerja
lama yang sudah terbukti tidak menghasilkan mutu seperti yang diharapkan olah
organisasi maupun oleh para pe-langgannya.
Manajemen selalu mengupayakan adanya
kerjasama dalam tim, kelompok, atau dalam unit-unit organisasi. Program-program
mulai dari tahap peren-canaan sampai ke pelaksanaan dan evaluasinya
dilaksanakan melalui kerjasama, dan bukan pro-gram sendiri-sendiri yang
bersifat individual. Adanya sistem kerja yang didasari oleh kerjasama dalam
tim, kelompok atau unit itu harus selalu menjadi pemikiran para pimpinan
Manajemen. Dasarnya adalah pengikut-sertaan semua orang dalam kegiatan-kegiatan
yang sesuai dengan ba-kat, minat dan kemampuan masing-masing orang. Orang
adalah aset terpenting dalam organisasi dan karena itu setiap orang yang ada harus
dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan penca-paian tujuan organisasi.
Pemimpin
Manajemen selalu bertindak proaktif yang bersifat preventif dan
an-tisipatif. Pemimpin Manajemen tidak hanya bertindak reaktif yang
mulai mengambil tindakan bila su-dah terjadi masalah. Pimpinan yang proaktif
selalu bertindak untuk mencegah munculnya masa-lah dan kesulitan di masa yang
akan datang. Setiap rencana tindakan sudah difikirkan akibat dan konsekuensi
yang bakal muncul, dan kemudian difikirkan bagaimana cara untuk mengeliminasi
hal-hal yang bersifat negatif atau sekurang berusaha meminimalkannya. Dengan
demikian ke-hidupan organisasi selalu dalam pengendalian pimpinan dalam arti
semua sudah dapat diper-hitungkan sebelumnya, dan bukannya memungkinkan
munculnya masalah-masalah secara me-ngejutkan dan menimbulkan kepanikan dalam
organisasi. Tindakan yang reaktif biasanya sudah terlambat atau setidaknya
sudah sempat menimbulkan kerugian atau akibat negatif lainnya.
Sudah dikatakan sebelumnya bahwa
orang adalah sumberdaya yang paling utama dan paling berharga dalam setiap
organisasi. Oleh karena itu SDM harus selalu mendapat perhatian yang besar dari
pimpinan Manajemen dalam arti selalu diupa-yakan untuk lebih diberdayakan agar
kemampuan-kemampuannya selalu meningkat dari waktu ke waktu. Dengan kemampuan
yang meningkat itulah SDM itu dapat diharapkan untuk mening-katkan mutu
kinerjanya. Program-program pelatihan, pendidikan dan lain-lain kegiatan yang
bersifat memberdayakan SDM harus dilembagakan dalam arti selalu direncanakan
dan dilaksa-nakan bagi setiap orang secara bergiliran sesuai keperluan dan
situasi
Bila berbicara tentang mutu tentu
akan terlintas adanya mutu yang tinggi dan mutu yang rendah. Bila dikatakan
bahwa kinerja suatu organisasi itu tinggi tentu karena dibandingkan dengan mutu
organisasi lain yang kenyataannya lebih rendah. Artinya mutu tentang segala
sesuatu itu sifatnya relatif, bukan absolut. Setidaknya begitulah pengertian
mutu menurut Manajemen. Pimpinan dalam Manajemen dianjurkan melakukan
pem-bandingan dengan organisasi lain, membandingkan mutu organisasinya dengan
mutu organisasi lain yang sejenis. Kegiatan ini disebut benchmarking. Pimpinan
Manajemen selalu berusaha menya-mai mutu kinerja organisasi lain dan kalau bisa
bahkan berusaha melampaui mutu organisasi lain. Bila pimpinan berbicara tentang
mutu organisasi lain dan kemudian ingin menyamai atau melebihi mutu organisasi
lain itu, berarti pmpinan itu berbicara tentang persaingan. Setiap organisasi
berusaha mendapatkan pelanggan yang lebih banyak dan yang berciri lebih baik.
Usaha ini hanya akan berhasil kalau organisasi itu mampu berkinerja yang
mutunya lebih tinggi dari organisasi lain. Ini persaingan. Manajemen
dikembangkan untuk memenangkan persaingan. Oleh karena itu pimpinan Manajemen selalu
harus menyadari adanya persaingan dan berbicara tentang itu dengan orang-orang
dalam organisasinya.
Karakter suatu organisasi tercermin
dari pola sikap dan perilaku orang-orangnya. Sikap dan perilaku organsasi yang
cenderung menim-bulkan rasa senang dan puas pada fihak pelanggan-pelanggannya
perlu dibina oleh pimpinan. Demikian pula budaya organisasi yang menjunjung
tinggi nilai-nilai tertentu yang relevan dengan mutu yang diinginkan oleh
organisasi itu juga perlu dibina. Misalnya dalam lembaga pendidikan perlu
dikembangkan budaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai belajar, kejujuran,
kepelayanan, dan sebagainya.
Nilai-nilai yang merupakan bagian
dari budaya organisasi itu harus menjadi pedoman dalam bersikap dan
berperilaku dalam organisasi. Namun demikian ka-rakter dan budaya organisasi
itu hanya akan tumbuh dan berkembang bila iklim organisasi itu menunjang. Olah
karena itu pimpinan juga harus selalu membina iklim organisasinya agar
kon-dusif bagi tumbuh dan berkembangnya karakter dan budaya organisasi tadi.
Misalnya dengan menciptakan dan melaksanakan sistem penghargaan yang mendorong
orang untuk bekerja dan berprestasi lebih baik. Atau pimpinan yang selalu
berusaha berperilaku sedemikian rupa hingga dapat menjadi model yang selalu
dicontoh oleh orang-orang lain.
Pemimpin
Manajemen tidak berusaha memusatkan kepemimpinan pada dirinya, tetapi akan
menyebarkan kepemimpinan itu pada orang-orang lain, dan hanya me-nyisakan pada
dirinya yang memang harus dipegang oleh seorang pimpinan. Kepemimpinan yang
dimaksudkan adalah pengambilan keputusan dan pengaruh pada orang lain.
Pengambilan tentang kebijaksanaan organisasi tetap ditangan pimpinan-atas, dan
lainnya yang bersifat operasional atau bersifat teknis disebarkan kepada
orang-orang lain sesuai dengan kedudukan dan tugasnya. Dalam banyak hal bahkan
pengambilan keputusan itu diserahkan kepada tim atau kelompok kerja
tertentu.
Dengan demikian ketergantungan
organisasi pada pimpinan akan sangat kecil, tetapi sebagian besar dari
orang-orang dalam organisasi itu memiliki kemandirian yang tinggi. Kondisi
semacam ini tentu saja akan tercapai melalui penerapan Manajemen yang baik dan
benar, dan setelah melalui proses pembinaan yang panjang. Makin banyak dari
kesepuluh ciri itu yang diterapkan oleh pimpinan Manajemen semakin
baiklah mutu kepemimpinannya, dalam arti makin baiklah suasana kerja yang
kondusif untuk terciptanya mutu, dan makin kuatlah dorongan yang diberikan
kepada orang-orang dalam orga- nisasinya untuk meningkatkan mutu kinerjanya.
Kesepuluh hal tersebut perlu dihayati dan di-praktekkan oleh semua pimpinan ,
dari yang tertinggi sampai yang terrendah, sehingga akhirnya akan menjelma
menjadi pola tindak yang normatif dari semua unsur pimpinan.
Cara Berfikir Kelompok Pimpinan
tentang Mutu
Dari pengalaman
organisasi-organisasi yang telah menerapkan Manajemen dapat ditarik pelajaran
bahwa agar organisasi itu berhasil dalam meningkatkan mutu kinerjanya secara
terus-menerus diperlukan adanya kelompok pimpinan atau manajemen yang memiliki
cara berfikir tentang mutu yang berbeda dengan cara berfikir pimpinan
organisasi yang tidak menerapkan manajemen. Berikut ini butir-butir yang
menggambarkan cara berfikir pimpinan manajemen tentang mutu.
1. Perbaikan mutu menghemat waktu dan uang.
Cara berfikir semacam itu berbeda
dengan cara berfikir konvensional yang biasa mengatakan bahwa perbaikan mutu
selalu memerlukan uang dan waktu. Manajemen diterapkan untuk jangka panjang,
dan perbaikan mutu tidak untuk sesaat tetapi untuk seterusnya dan selamanya.
Perbaikan mutu pada awalnya mungkin memerlukan dana, tetapi tidak selalu harus
demikian, sebab untuk mencapai mutu yang lebih baik mungkin diperlukan
pelatihan bagi orang-orang tertentu, atau memerlukan perbaikan peralatan dan
fasilitas kerja, meski inipin tidak selalu harus demikian. Sesudah investasi
awal itu kemudian tidak diperlukan lagi penge-luaran ekstra, bahkan dalam
jangka yang agak panjang perbaikan mutu itu malah akan menghasilkan penghematan
uang dan waktu. Tujuan utama diterapkannya manajemen selain memuaskan pelanggan
adalah efisiensi. Ini berarti penghematan dari cara-cara sebelumnya, atau
bekerja dengan biaya lebih rendah tetapi dengan hasil yang lebih baik.
2. Pekerjaan adalah sistem terpadu dari beberapa
proses.
Persepsi semacam ini jelas sangat
berbeda dengan cara berfikir kovensional yang melihat pekerjaan tidak sebagai
suatu sistem yang terpadu tetapi sebagai rangkaian peristiwa. Jika orang
melihat pekerjaan sebagai suatu sistem yang terpadu berarti masih tetap
mengakui adanya bagian-bagian dari pekerjaan yang terpisah, namun bagian-bagian
itu tetap berkaitan satu dengan lainnya dan memiliki hubungan saling
mempengaruhi dan saling bergantung (interdependent). Perguruan tinggi memiliki
bagian-bagian atau unit-unit, memiliki banyak jenis pekerjaan dan kegiatan,
serta memiliki banyak orang yang bekerja di dalam-nya. Jelas mereka tidak cukup
hanya dengan bekerja sendiri-sendiri secara terpisah, tetapi mereka harus
bekerjasama, berinteraksi satu sama lain, tolong menolong, saling melayani,
sebab hasil akhir dari perguruan tinggi itu adalah totalitas dari pekerjaan
semua bagian dan semua orang itu.
Bahkan mutu pekerjaan satu bagian sering sangat
tergantung pada mutu pekerjaan bagian lain yang merupakan masukan bagi bagian
yang pertama. Jadi agar suatu perguruan tinggi bermutu, semua bagian, semua
fungsi dan semua pekerjaan perlu diupayakan agar bermutu sebagai satu sistem.
Tidak cukup bila hanya salah satu atau beberapa bagian saja yang bermutu. Namun
dalam implementasinya bila tidak mungkin meningkatkan semua jenis pekerjaan
secara simultan, maka bisa ditempuh cara bertahap, yang dengan cermat dipilih
jenis-jenis pekerjaan mana yang secara strategis perlu ditingkatkan mutunya
lebih dahulu.
3. Pekerjaan betapapun besar dan banyaknya bila tanpa
kualitas tidak ada artinya.
Ini berarti bahwa kualitas atau mutu
pekerjaan lebih penting dari kuantitas atau jumlah. Dalam dunia pendidikan hal
itu jelas sekali. Suatu perguruan tinggi memiliki banyak dosen dan mahasiswa
tetapi yang pada umumnya tidak bermutu sebenarnya tidak banyak artinya bagi
perguruan yang mendambakan perguruan yang bermutu. Pendidikan yang tidak
bermutu betapapun banyaknya lulusan yang dikeluarkan kiranya tidak ada artinya
bagi kemajuan suatu bangsa dan negara.
4. Mutu menyatu dengan cara kerja dari awal.
Mutu hasil kinerja yang berupa
barang atau jasa adalah hasil dari cara kerja yang diterapkan dalam pekerjaan.
Oleh karena itu cara kerja yang berupa prosedur dan proses kerja menjadi sangat
penting untuk menghasilkan kinerja yang bermutu. Prosedur dan proses kerja
sejak awal hingga akhir perlu dirancang dan ditentukan sedemikian rupa hingga
menjamin tercapainya mutu kinerja yang baik seperti yang diinginkan untuk dapat
memu-askan semau pelanggannya. Mutu barang atau jasa bukan sekedar hasil dari
pemeriksaan pada akhir proses kerja, melainkan menyatu dengan cara kerja dari
awal hingga akhir.
5. Mutu dapat dicapai melalui pelatihan yang lebih baik bagi karyawan yang telah ada plus kepemimpinan yang bermutu.
Salah satu kunci penting untuk
keberhasilan meningkatkan mutu secara berkelanjutan adalah pelatihan yang
relevan dan efektif. Semua karyawan dapat diharapkan meningkatkan mutu
kinerjanya bila telah mendapatkan pelatihan yang tepat, demikian pula semua
pemimpin dapat memimpin penyelenggaraan manajemen dengan berhasil bila
mendapatkan pelatihan un-tuk itu. Cara berfikir semacam itu berbeda dengan cara
berfikir konvensional yang mengatakan bah-wa untuk mendapatkan mutu perlu
(perekrutan) karyawan yang lebih baik.
6. Mutu yang cukup hanyalah bila semua pekerjaan
menghasilkan yang terbaik.
Mutu se-macam
itu memang tidak mungkin dicapai dengan sekali usaha tetapi melalui usaha yang
terus menerus yang setiap kali diusahakan bisa mencapai perbaikan sedikit demi
sedikit, yang dalam jangka yang agak panjang akan bisa mencapai mutu yang
sempurna. Inipun pada waktunya dapat disempurnakan lagi sehingga sebenarnya
usaha perbaikan mutu tidak pernah ada akhirnya. Mutu memang tidak berbatas,
selalu dapat ditingkatkan. Pimpinan konvensional berfikir kalau 90%
peker-jaan sudah baik adalah sudah cukup. Di bidang pendidikan dan akademis
standar mutu itu jelas selalu bergerak ke atas dan harus selalu dikejar. Jadi
jangan pernah berhenti berusaha meningkatkan mutu kinerja.
7. Mutu berarti perbaikan yang berkelanjutan.
Ini adalah cara berfikir sebagai
kelanjutan dan konsekuensi pemikiran tersebut pada butir ke-6 di atas. Ini
berbeda dengan konsep management by objective yang mengartikan mutu sebagai
pencapaian tujuan yang ditentukan sebelumnya. Kedua cara berfikir itu tidak
perlu dianggap berbeda bila pekerjaan dibagi-bagi menjadi beberapa tahapan dan
untuk setiap tahap ditentukan tujuannya yang selalu meningkat dari awal sampai
akhir.
8. Para pemasok adalah mitra kerja.
Pekerjaan dalam suatu organisasi
selalu bersifat mengolah atau memroses masukan (barang, jasa dan/atau orang)
yang dipasok oleh orang lain. Mutu kinerja organisasi itu dipengaruhi oleh mutu
masukannya. Kalau organisasi itu memperlakukan para pemasok sebagai mitra
kerjanya, ia dapat mengharap mendapatkan mutu pasokan (masukan) yang baik.
Sebaliknya bila pemasok itu diperlakukan sebagai pesaingnya atau lawan
usahanya, maka para pemasok itu sulit diharapkan mau memasok masukan yang
bermutu. Jadi tidak benar bahwa mutu kinerja itu tidak ada kaitannya dengan
pemasok. Dalam bidang pendidikan tinggi, mahasiswa adalah masukan yang dipasok
oleh lembaga-lembaga pendidikan menengah. Sudahkah perguruan tinggi
memperlakukan sekolah-sekolah menengah itu sebagai mitra kerjanya?
9. Pelanggan adalah bagian integral dari organisasi.
Mengapa demikian ? Karena sejak awal
pekerjaan organisasi itu direncanakan antara lain dengan mempertimbangkan
kebutuhan-kebu-tuhan dan harapan-harapan pelanggan. Jadi para pelanggan
(eksternal) itu sejak awal diharapkan memberi masukan kepada organisasi, dan
karena itulah mereka dikatakan merupakan bagian integral dari organisasi. Tanpa
memper-timbangkan kebutuhan dan harapan para pelanggan, tidak pernah diketahui
apakah hasil kerja itu akan bisa memuaskan pelanggan atau tidak. Jadi agar
organisasi dapat merencanakan kerja yang bermutu perlu para pimpinan organisasi
itu melihat para pelanggan sebagai bagian integral dari organisasi, dan bukan
sebagai orang-orang luar yang akan ditawari produk kerja organisasi.
Cara berfikir seperti digambarkan
pada sembilan butir di atas sangat perlu untuk diadopsi oleh para pimpinan yang
organisasinya menerapkan Manajemen untuk selalu bisa menggerakkan orang-orang
dan organisasinya meningkatkan mutu kerjanya secara berkelanjutan. Cara
berfikir tentang mutu semacam itu akan menjadi bagian dari kepribadian pemimpin
yang mendambakan mutu.
KESIMPULAN
Untuk menerapkan Manajemen dalam
suatu organisasi diperlukan adanya kepemimpinan yang ciri-cirinya berbeda
dengan kepemimpinan yang tidak untuk meraih mutu. Manajemen diterapkan dalam organisasi
yang melihat tugas organisasinya tidak sekedar melaksanakan tugas rutin, yang
sama saja dari hari ke hari berikutnya. Semua sudah ditentukan standarnya, dan
kalau kinerja sudah sesuai standar maka bereslah segalanya. Manajemen juga
mengenal standar kinerja, tetapi bedanya standar ini bersifat dinamis, artinya
standar itu selalu bisa ditingkatkan. Sehingga memungkinkan terjadinya
peningkatan mutu secara berkelanjutan. Untuk itu Manajemen memerlukan
kepemimpinan yang mempu-nyai ciri-ciri yang agak khusus seperti yang akan
dibahas berikut ini.
Seorang pemimpin adalah seseorang
yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan
memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama. Karakteristik seorang
pemimpin didasarkan pada prinsip-prinsip belajar seumur hidup, berorientasi
pada pelayanan dan membawa energi positif. Maka untuk menjadi seorang pemimpin
haruslah mempunyai pengetahuan dan jiwa pemimpin
Pemimpin
Manajemen tidak berusaha memusatkan kepemimpinan pada dirinya, tetapi akan
menyebarkan kepemimpinan itu pada orang-orang lain, dan hanya menyisakan pada
dirinya yang memang harus dipegang oleh seorang pimpinan. Kepemimpinan yang
dimaksudkan adalah pengambilan keputusan dan pengaruh pada orang lain.
Pengambilan tentang kebijaksanaan organisasi tetap ditangan pimpinan-atas, dan
lainnya yang bersifat operasional atau bersifat teknis disebarkan kepada
orang-orang lain sesuai dengan kedudukan dan tugasnya
DAFTAR PUSTAKA
James K. Van Fleet, 1973, 22 Manajemen Kepemimpinan,
Jakarta:Mitra Usaha
Purwanto, Yadi, 2001, makalah: Manajemen PT.
Cendekia Informatika, Jakarta
W. Brown steven, 1998, Manajemen Kepemipinan,
Jakarta: Profesional Books